Click this!!!

Postingan Terbaru


Rabu, 04 Desember 2013

Bedah Karya Dwimingguan FLP Sumbar 6 Oktober 2013

Panas masih membakar kota Padang, kemacetan lalu lintas di Pasar Raya semakin membuat pencemaran udara meningkat, apalagi teriak para pedagang pasar, tentu saja membuat orang-orang yang cinta kedamaian merindukan  keheningan dan ketenangan. Namun, kepadatan dan keriuhan pasar, tidak menyurutkan semangat para pemburu rezki, apalagi para aktivis, meski harus mengerutkan dahi di setiap langkah yang mereka ayunkan.
Siang itu, tepatnya pukul 02.00 WIB, 6 Oktober 2013, dengan semangat penulis mengayunkan tangan melangkahkan kaki menempuh perjalanan dari Lubuk Lintah menuju Taman Melati, demi menghadiri kegiatan dwimingguan FLP Sumbar dalam rangka bedah karya. Ketika penulis memasuki Taman Melati, ternyata salah seoarang dari pengurus DPH, sekretaris FLP Sumbar Inne Syafrian Putri  telah duduk manis menunggu kedatangan pengurus FLP Sumbar yang lain. Selang beberapa waktu, nampak  mantan Ketua FLP Sumbar, Siska Oktavia bersama suami tercinta menuju lokasi yang kami tempati, selanjutnya menyusul pengurus FLP Sumbar yang lain, bermodalkan karya masing-masing.
Setelah pengurus dan anggota FLP Sumbar, mulai dari cabang hingga wilayah,  berkumpul sesuai dengan kesepakatan satu minggu yang lalu, akhirnya acara bedah karya dibuka oleh sekretaris FLP Sumbar Inne. Sengaja karya pertama yang dibedah adalah karya mantan Bendahara Umum FLP Sumbar, Dewi Kumala Sutra. Karya beliau berjudul, “Tiga Catatan Mahasiswi Melepas Masa Lajang.” Menurut penulis cukup menginspirasi, agar  mahasiswa benar-benar bisa mengatakan, “Pacaran No! Menikah, Yes!” Namun tentu saja ada kritikan pedas dari Siska Oktavia dan Muhammad Muhsin Lahajji (penulis novel Perjalanan Menuju Langit) terhadap karya beliau. Mulai dari kritikan terhadap EYD, hingga kritikan terhadap rangkaian ceritanya. “Alangkah lebih bagusnya jika salah satu kutipan cerita ini menceritakan sesuatu yang beda, misalnya cerita cinta terlarang karna satu jenis (lesbian atau homoseksual),” tutur Muhammad Muhsin Lahajji.
Selanjutnya karya Djo H.T Bagindo berjudul “Ning.”  Menurut kabar yang penulis dengar, Djo ini adalah salah seorang pengurus yang dituakan di FLP Sumbar. Selain berkiprah di FLP Sumbar, beliau juga bekerja sebagai tenaga pengajar sastra di Pariaman. Karya beliau ini lebih menceritakan kekhasan budaya Minangkabau, hingga latarnya tergambar begitu jelas. Namun tetap saja dalam bedah karya FLP Sumbar, tidak ada yang namanya adem ayem, sudah dipastikan ada kritikan pedas, “Pembantaian Karya!” istilah yang lebih akrab di kalangan para penulis FLP Sumbar.
Usai salat Asar berjamaah di Musala Museum Aditya Warman, para pengurus FLP Sumbar berkumpul kembali di lokasi semula. Dilanjutkan bedah karya, Desi Soneta Sari berjudul, “Kain Sarung Bapak!” Penulis masih tergolong baru di FLP Sumbar. Jadi, karyanya sudah dipastikan mendapat kritikan lebih tajam, tentu saja selain berfungsi membangun unsur-unsur karyanya, juga berfungsi membangun mental penulis, agar ke depannya lebih siap menghadapi kritikan karya yang lebih tajam dari pada itu.
Mengingat waktu tidak lagi bersahabat, akhirnya dicukupkan karya terakhir dari Dody Saputra berupa Puisi yang berjudul, “Mandeh; Teh Telur dan Jeruk Nipis!” Karyanya cukup membuat penulis yang lain terkagum-kagum. Menurut kabar yang penulis dapat, karya-karya beliau sudah banyak diterbitkan di media cetak, mulai dari lokal hingga nasional.
Akhirnya, karena senja di Taman Melati sudah berpapasan dengan gelap, acara bedah karya dwimingguan ditutup kembali oleh Inne dengan membacakan hamdalah. Penulis pun bubar satu per satu menuju rumah masing-masing. (Desi Soneta)

1 komentar:

  1. Yulmaini Al Manthani11 Desember 2013 pukul 02.04

    Semoga FLP tetap mengemban misi da'wah...Tetap berkarya untuk negeri!!!

    BalasHapus

 
Copyright © 2011. FLP Sumbar: Bedah Karya Dwimingguan FLP Sumbar 6 Oktober 2013 . All Rights Reserved
Template modify by Creating Website. Remodified by Aini